Teori
Ekologi Bronfenbrenner
Teori
ini dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917-) yang fokus utamanya adalah
pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mengaruhi
perkembangan anak.
Dalam
teori Bronfenbrenner ini terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang
dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas.
·
Sistem mikrosistem
Dalah
dimana setting dimana individu menghabiskan banyak waktu bersama orang-orang
terdekatnya seperti, keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga.
Pada
sistem ini jika dihubungkan dengan kehidupan saya sehari-hari, setiap harinya
dulu ketika saya sebelum kuliah di Psikologi, keluarga, teman sebaya, sekolah,
dan tetangga adalah aspek yang sangat dekat dengan saya. Seperti keluarga,
setiap harinya saya berinteraksi dengan keluarga saya (ayah, ibu,kakak, dan
adik laki-laki). Tingkah laku dan kebiasaan keluarga saya pun saya sudah hafal
semuanya. Dengan keluarga juga saya dapatkan nesehat-nesehat dari orang tua yang
sampai sekarang dapat saya simpan untuk bekal kedepannya.
Teman
sebaya, saya berinteraksi dengan mereka disaat hari sekolah. Disini lah saya
dapat menyesuaikan bagaimana sikap dan kebiasaan saya dilingkungan sekolah.
Cara bergaul, berbicara, sopan santun, dan kedisiplinan. Pada lingkungan ini
lah saya dapat melihat bagaimana sikap dan kebiasaan orang yang seumuran dengan
kita.
Tetangga,
sebagian besar tetangga yang ada di kampung halaman saya adalah memiliki anak
yang seumuran dengan saya, adikan, dan juga kakak kelas dan abang kelas. Sehabis
pulang dari lingkungan sekolah saya mulai berinteraksi dengan lingkungan
tetangga yang ada disekitar rumah saya.
·
Sistem mesosistem
Adalah
sistem yang memilki kaitan antar-sistem mikrosistem. Hubungan antara pengalaman
dalam keluarga dengan pengalaman sekolah , dan antara keluarga dan teman
sebaya.
Dahulu,
ketika saya duduk dibangku TK sampai kuliah ini, semua guru saya selalu
mengajarkan arti sopan santun dan hormat terhadap sesama. Sesuatu yang saya
dapat dari dunia sekolah selalu saya terapkan kedalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya dalam keluraga, ketika orangtua berbicara seorang anak harus
mendengarkannya dan tidak boleh memotong pembicaraannya. Dan juga ketika
orangtua memanggil anaknya, seorang anak harus menjawabnya dengan jawaban yang
lembut.
Dalam
keluarga saya, saya juga diajarkan untuk berteman secara baik dengan siapa pun
tanpa melihat agama, ras, suku, dan budayanya. Tak banyak teman saya yang agama
suku ras dan budayanya berbeda dengan saya, tetapi dengan apa yang orangtua
saya ajarkan itu menjadi modal untuk menghadapinya, baik itu menghargai tradisi
nya, cara bergaulnya, dan lingkungannya.
Setiap
anak memiliki latar belakang yang berbeda-beda, maka dengan ini lah setiap anak
memiliki sikap yang berbeda sesuai bagaiman
lingkungan yang mempengaruhinya. Alhamdulillah saya berasal dari
keluarga yang selalu mengajarkan saya kebaikan, dan lebih mengutamankan dalam
hal agama. Seorang anak yang pandai dalam hal balajar, tetapi sedikit pun tidak
memahami akan masalah agamanya maka itu tidak akan seimbang dan tidak berjalan
lancar. Saya adalah tipe anak yang tidak terlalu pintar dalam hal belajar, tapi
saya selalu melakukan hal yang maksimal agar ilmu dunia dan akhirat saya
seimbang. Dan saya juga bersyukur dari kecil sampai sekarang ini, saya
dibesarkan di lingkungan yang sangat luar biasa,,, mengapa???
Lingkungan
saya sangat memiliki tingkat solidaritas, peduli terhadap sesama, saling gotong
royong, dan menghargai antar sesama agama. Saya memilki tetangga yang berbeda
dengan saya, tetapi dengan sikap saling menghargai itu kami dapat berhubungan
dengan baik. lingkungan saya juga salalu mengajak saya ke hal yang
positif, anak-anak muslimnya selalu
pergi kemasjid dan belajar mengaji bersama. Ketika itu saya duduk dibangku SD
kelas 4 sampai kelas 2 SMA, saya dan teman-teman saya selalu pergi kemasjid
bersama.
Ini
salah satu prestasi kami,,,,,,
Terjadi
ketika pengalaman di setting lain ( dimana murid tidak berperan aktif)
mempengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks mereka sendiri.
Dalam
konteks kehidupan sehari-hari yang saya alami, dahulu ketika saya masih duduk
dibangku SMA saya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja, organisasi
ini bergerak dibidang kepemimpinan dan relawan dalam kesehatan. Melihat banyaknya
nilai positif yang ada dalam organisasi yang saya ikuti ini, orangtua dan kakak
saya sangat mendukung saya untuk menjalani setiap kegiatan yang ada dalam
organisasi tersebut. Disisi lain juga dapat melatih saya dalam segi
kepemimpinan dan juga membantu orang dalam musibah, seperti banjir dan organisasi
kami membantu mereka dalam musibah tersebut.
·
Makrosistem
Adalah
keseluruhan pola kultural, seperti nilai dominan, keyakinan, adat, sistem
ekonomi dan sosial kultur dan sub kultur, yang kemudian melalui berbagai cara
tersarikan dalam kehidupan keseharian individu.
Alhamdulillah,,
sejak lahir saya sudah ditakdirkan dalam kondisi sudak memeluk agama yang benar
nan sempurna. Dan saya berasal dari keluarga yang sederhana tetapi bahagia dan
sejahtera. Ayah dan ibu saya memilki suku yang sama yaitu suku Jawa. Dalam kehidupan
sehari-hari, orangtua saya selalu mengajarkan hal-hal yang positif berkaitan
dengan adat dan juga agama. Begitu juga dalam hal perekonomian, selalu
mengajarkan untuk selalu berbagi antar sesama yang membutuhkan. Lingkungan saya
mendominasi antara suku batak dan jawa, begitu juga dengan agamanya, baik Islam
maupin Kristen. Sudah ada 18 tahun saya dihadapkan dengan kondisi yang
demikian, membuat saya dapat memahami kebiasaan ataupun aturan yang ada dalam
suku maupun agama yang berbeda dengan saya. Membuat saya menjadi seorang yang
netral dalam lingkungan yang demikian.
·
Kronosistem
Sistem
ini dapat mencakup perubahan dalam komposisi keluarga, tempat tinggal, atau
pekerjaan orangtua, dan juga peristiwa yang lebih besar. Jika dibandingkan
lingkungan yang saya jalani sekarang sangatlah berbeda dengan lingkungan yang
ada dikampung saya. Di Medan sangat lah berbeda dengan lingkungan saya yang
dikampung, memuat saya susah untuk menyesuaikan diri dengan ini semua. Kebiasaan
orang-orang di Medan sangat berbeda dengan lingkungan saya dahulu, contohnya
masyarakat di Medan orangnya cuek dan sombong, sedikitnya rasa toleransi dan
kepedulian terhadap sesama^^... #hehehe.
Tetapi
beriring sejalannya waktu saya dapat memahami itu semua dan terbiasa dengan
kondisi tersebut. Saya salah menilai itu semua, ternyata tidak semua irabg yang
tinggal di Medan seperti itu. Dan saya berusaha untuk tidak merubah sikap dan
kebiasaan saya yang sudah terlahir dari lingkungan sebelumnya dengan kehidupan
di Medan yang saya jalani....