Jumat, 20 Juni 2014

pengalaman pribadi yang di analisis dengan teori



·         Kasus realita :
            Hal ini saya alami ketika saya masih kelas 1 SMP, kalau tidak salah bulan April 2007, kejadian ini saya catat pada lemari baju meskipun ibu saya sering memarahi saya karena sering menulis di lemari baju. Saya memilki hobi mencatat kejadian-kejadian penting yang saya alami.
            Pada saat itu ibu saya mengajak saya untuk pergi arisan ke kota Medan. Ibu saya sengaja mengajak saya ke acara keluarga tersebut karena ingin mengenalkan saya kepada kerabat keluarga lainnya. Saya pun risih dengan ajakan itu, karena pada saat saya masih kecil, saya tipe orang yang tidak suka kumpul dengan orang banyak, bertemu dengan orang banyak, dan saya lebih suka dirumah. Tetapi ketepataan pada saat itu keluarga saya pergi semua, jika saya tidak ikut maka mereka akan meninggalkan saya dirumah sendirian.
            Hal yang paling saya benci pada saat SMP adalah berada dirumah sendirian, kerana saya takut tidur sendiri nantinya kalau mereka pulangnya besok. Jadi mau tidak mau saya harus ikut, dengan muka yang cemberut. Kami berangkat minggu jam 10 bulan April 2007, tapi saya lupa tanggalnya. Sesampai disana, sungguh banyak orang, ibu saya pun langsung memanggil saya untuk bersalaman dengan uwak,oom,tante,sepupu,cucu nenek,menantu kakek, adik ipar ayah, adik ipar ibu, pokoknya banyak banget. Ketika ibu sudah selesai, saya pun langsung menyendiri di taman. 

·         Teori yang bersangkutan :
Teori Dissonance Cognitif
Merupakan sesuatu sikap keidaknyamanan yang muncul akibat dari ketidaksesuaian antara attitude (sikap) dan behavior (perilaku).

·         Analisis teori
Pada kasus relita kehidupan saya sangat sama dengan apa yang dijelaskan pada teori tersebut yang dicetuskan oleh Leon Festinger. Bahwa pada saat SMP saya memilki sikap yang pendiam pemalu dan perilaku saya yang suka menghindar dari lingkungan. Ketika ibu saya mengajak untuk pergi ke suatu acara yang memungkinkan akan banyak orang yang akan hadir disana, itu membuat saya menjadi tidak nyaman dengan lingkungan yang mendatangkan banyak orang. Pada saat SMP saya juga tidak tahu mengapa sikap dan perilaku saya sepert itu, berbeda dengan apa yang terjadi sekarang dengan saya. Sedikit mau share, ketika awal masuk SMA banyak kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarka oleh kakak kelas, dan saya mendaftarkan diri ke salah satu organisasi yang bernama Palang Merah Indonesia. Dengan harapakan saya dapat merubah sikap, dan juga memiliki banyak teman. Jadi ketika itu ada salaj satu teman yang ku kenal dan alhamdulillah dia juga mendaftarkan diri ke organisasi yang sama dengan saya. Seiring berjalannya waktu saya mulai membuat hubungan persahabatan dengan teman saya tadi, dan lambat laun sikap saya ini berubah sedikit demi sedikit. Dengan dia yang selalu mengajak saya untuk datang latihan dan juga rapat organisasi. Dan sampai kuliah pun saya mencoba lagi masuk dalam organisasi, ingin mengetahui sampai mana saya dapat berinteraksi dengan orang dan saling membantu satu sama lain.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar